Gunungsitoli, bnewsnasional.id - Ruas jalan Miga–Lolowau di Kepulauan Nias, Sumatera Utara, yang sedang dalam proses pembangunan, kini menghadapi ancaman serius. Hujan ekstrem dan kondisi tanah labil telah menyebabkan retakan dan pergeseran di beberapa titik, khususnya di Km 12 Desa Hiligodu. Jika tidak segera ditangani, akses vital senilai Rp 30 miliar ini terancam putus total.
Berdasarkan pantauan di lapangan pada Senin (24/11/2025), terlihat sejumlah retakan baru memanjang di sepanjang tebing, disertai material longsoran yang menutupi sebagian badan jalan. Kondisi ini dikhawatirkan warga dapat melumpuhkan transportasi logistik, distribusi hasil pertanian, hingga layanan kesehatan di wilayah tersebut.
Pihak kontraktor, PT Adidaya Cipta Sentosa, menyebutkan bahwa tingginya intensitas curah hujan dalam dua pekan terakhir menjadi tekanan besar terhadap struktur tanah di lokasi.
Koordinator Pengawas Lapangan Dinas PUPR Provinsi Sumut, Maimun Bangun, mengakui tantangan yang sangat berat.
“Kami sudah berupaya memasang tembok penahan sementara, namun curah hujan ekstrem terus memicu longsor. Pergeseran tanah terjadi terus-menerus dan sulit diprediksi,” ujar Maimun, menggambarkan kondisi darurat di lokasi.
Ironisnya, pemasangan turap (tembok penahan) permanen baru dapat dilaksanakan pada tahun anggaran 2026. Dengan demikian, strategi konstruksi darurat menjadi satu-satunya pilihan yang harus dimaksimalkan saat ini.
Menanggapi situasi kritis yang mengancam akses jalan ini, PT Adidaya Cipta Sentosa langsung menurunkan tim teknis untuk memperkuat titik-titik rawan dan menyiapkan konstruksi pelindung sementara.
Penanggung jawab lapangan dari perusahaan, Janneti, menegaskan komitmen perusahaan untuk menjaga agar akses tetap bisa dilalui.
Baca Juga: Bareskrim Polri Sikat Tambang Pasir Ilegal di Gunung Merapi, Kerugian Negara Capai Rp3 Triliun
“Kami siap melakukan pemasangan cerucuk dari batang kelapa dan drum aspal belah sebagai penahan sementara. Ini bentuk kepedulian kami agar akses tetap bisa dilalui roda empat,” tegas Janneti.
Ia juga memastikan bahwa tim teknis akan terus melakukan upaya perkuatan sambil memonitor kondisi pergerakan tanah setiap hari.
Warga Desa Hiligodu menyatakan kecemasan mereka terhadap ancaman putusnya jalan. Mereka khawatir hal ini akan berdampak besar pada sektor ekonomi.
“Kalau sampai putus, ekonomi kami pasti lumpuh. Mau jual hasil kebun ke kota pun tak bisa,” keluh Ama Tegi, salah seorang warga yang ditemui di lokasi.
Baca Juga: Polsek Gunung Anyar Berhasil Ungkap Kasus Curanmor Setelah Pelarian Lintas Pulau
Warga lainnya berharap pemerintah dapat segera menambah dukungan teknis agar penanganan darurat yang dilakukan oleh kontraktor berjalan lebih optimal dan cepat.
Dinas PUPR Provinsi Sumut membenarkan adanya komunikasi dan koordinasi yang sangat aktif antara pihak rekanan dan pemerintah daerah.
“Kami berupaya semaksimal mungkin agar jalan ini tidak semakin parah. Semua opsi teknis darurat sedang dipertimbangkan, termasuk pemasangan perkuatan bertahap,” ungkap Maimun.
Meskipun dalam kondisi kritis, baik pemerintah provinsi maupun pihak kontraktor memastikan bahwa situasi masih dalam kendali. Langkah-langkah darurat akan terus dimaksimalkan sembari menunggu realisasi pembangunan turap permanen tahun depan, dengan harapan proyek strategis ini dapat kembali stabil dan aktivitas ekonomi warga tidak terganggu.
Editor : Redaksi